Jangankan balita, bahkan di usia remaja seperti kita sekarang, banyak yang belum memiliki rencana untuk masa depannya. Miris gak, sih ?
Persepsi tentang Rencana
- Ini nggak beda dengan ditanya “Apa cita-citamu,” kan ?
- Nggak gue banget, deh ! Gue mah gimana air mengalir aja.
- Mikirin cita-cita ? Capek, deh ! Kalau cita-citanya ketinggian, entar dibilang kagak ngaca. Kalau cita-citanya rendah, entar dibilang gak punya semangat juang.
- Gue pengen jadi dokter. Kalau kata Susan (Boneka), bisa nyuntik orang lewat sesuka hati. Atau (masih kata Susan) pengen jadi insinyur, bisa bangun gedung bertingkat, jadi konglomerat.
- Salah satu yang menghambat negeri kita ini maju, adalah karena orang Indonesia tidak ada yang “berani” bermimpi lebih. Cita-citanya paling banter pengen jadi pegawai negeri, atau karyawan tetap (tetap menjadi buruh) pabrik. Karena itu gue gak pengen kayak begini terus. Harus ada yang berubah dengan gue dan negara gue. Gue harus berani punya mimpi yang lebih baik. Gue pengen jadi “Pengusaha Sukses”. Keren, kan ?
- Gue pengen kaya. Salah gak, sih pengen jadi orang kaya ? Ya nggak, lah ! Memangnya apa jeleknya menjadi orang kaya ? Yang jelek tuh kan kalau kaya tapi gak Sholeh. Lebih buruk lagi, udah miskin, nggak Sholeh, pula ! Habis-habisan dah tuh ! Kalau kita kayak an kesempatan beramal lebih besar. Ya nggak ?
- Orang-orang Indonesia ini rata-rata merasa “malu” dan “sungkan” untuk mengatakan ingin menjadi kaya. Bahkan malu untuk “berdoa” kepada Allah agar menjadi orang kaya.
Rencana adalah Setengah dari Pekerjaan
Dalam ilmu manajemen, ada 4 hal mendasar yang berpengaruh keberhasilan sebuah manajemen, yakni POAC : Planning, Organizing, Actuating, dan Controlling. Saking pentingnya sebuah perencanaan, itu dipandang sebagai setengah dari pekerjaan. Planning (Perencanaan) menjadi hal pertama yang tidak mungkin dihindari dalam sebuah proses manajemen. Koordinasi dan pelaksanaan, bahkan pengontrolan, tak akan bisa dilakukan tanpa ada progress, tanpa target, tanpa tujuan. Apa yang akan terjadi dengan perusahaan tersebut ?
Bayangkanlah kita melalui hari-hari kita tanpa merencanakan sesuatu, hanya sekedar mengikuti air mengalir. Mengapung ! Kita menjadi seperti kapal laut yang terombang-ambing di tengah samudera. Nggak tahu kemana akan menuju.
Merencanakan masa depan sangat perlu kita lakukan agar kita memiliki arah yang jelas, dan tujuan dimana kita akan berlabuh nanti. Sebab, kalau tidak begitu, siapa yang akan “menghadiahkan” masa depan kepada kita ? Masa depan bukanlah hadiah, tapi hasil perjuangan kita sendiri. Bukan begitu ?
Smart Planning
Kalau kita memiliki perencanaan yang baik, langkah-langkah menuju masa depan yang baik tentu akan lebih baik juga.
Saat kita “gagal” dalam merencanakan sesuatu, maka berarti kita telah “merencanakan untuk gagal”, karena itu, dalam membuat sebuah perencanaan, kita tidak boleh asal-asalan dan tidak serius.
Merencanakan masa depan seperti halnya membidik sasaran dalam memanah. Artinya:
• Nggak bisa sekedar memanah aja, syukur-syukur bisa kena sesuatu. Kita nggak boleh berpikir: yang penting anak panah dipasang di busur, tarik, lepaskan ! Kalau kayak begitu cara berpikir kita, belum tentu titik sasaran yang kena. Bisa-bisa, orang lewat yang kena anak panahmu ! Memangnya ada banyak “titik sasaran” di langit ? Kita harus sadar bahwa masa depan kita tidak semudah memilih menu makanan di warung tegal. Kadang-kadang kita hanya memiliki “sangat sedikit” peluang. Karena itu, kalau peluang tersebut tidak dibidik dengan baik, bagaimana akan tepat sasaran.
• Bidik dengan satu mata ! Di mana-mana, orang membidik sasaran itu pasti sebelah matanya ditutup. Maksudnya adalah kita harus yakin dengan satu pendirian. Jangan berada dalam keadaan yang ragu-ragu. Misalnya, kamu ingin jadi astronot. Saat kamu yakin dengan satu pilihan, tutup sebelah matamu agar tidak melihat pilihan lain. Hal ini akan membuatmu bisa membidik dengan tepat. Sebagus apapun titik sasaran, kalau kau membidik asal-asalan, jangan harap akan tercapai. Selain itu, ada kecenderungan orang di sekitar kita tuh rese. Terlalu banyak komentar. Setiap pilihan, pasti ada yang ngomentarin baik, ada yang ngomentarin buruk. Kalau semua komentar itu kita telan mentah-mentah, hasilnya kita selau bimbang dalam pilihan apa pun. Karena itu, sebelah mata mesti ditutup. Saatnya untuk mengabaikan pendapat yang tidak sejalan dengan pendirian kita. Bukan begitu ? Tapi, itu harus kita lakukan dengan bijak ! Jangan asal cuek dan sok yakin dengan pendapat sendiri.
• Membidik sedikit di atas titik sasaran. Agar bidikan kita tepat sasaran, kita harus membidiknya sedikit di atas titik tersebut. Sebab, laju anak panah kan kena pengaruh gravitasi bumi. Begitu juga kalau kita punya cita-cita menjadi manajer, kita harus pasang target sebagai direktur. Kalau meleset kan, nggak jauh-jauh dari situ.
Simple Plan for a Big Future
Cita-cita sangat mungkin berupa hal-hal sederhana. Tapi, baik buruknya perencanaan tidak tergantung pada besar atau kecilnya. Kita sering mendengar teman-teman kita berkata, “saya bercita-cita jadi dokter”. Keren kan ! Tapi dia tidak membagi cita-cita “besar” tersebut menjadi anak-anak tangga kecil yang bisa dilewati. Misalnya, kalau ingin jadi dokter, dia harus kuliah dimana. Untuk bisa kuliah disana, nilai SMA-nya harus sekian. Untuk biayanya sekian, dia akan penuhi dengan cara demikian.
Kalau membagi cita-cita besar dalam hidup kita menjadi anak-anak tangga kecil, kita akan terasa lebih mudah mencapai cita-cita dan mengaktualisasikan plan.
Tidaklah menjadi masalah saat kita memiliki rencana sederhana. Misalnya, ingin membuat warung tenda di pinggir jalan. Rencanakan dengan baik, mulai survey konsumen, rencana display dan packaging, standar mutu dan kualitas masakan. Maka, itu akan membawamu pada keberhasilan yang sesungguhnya.
Okey ! Selamat merencanakan masa depan ! Pecahlah cita-cita besarmu menjadi tangga-tangga kecil yang saling berurut menuju ke sana ! UNTUK MENUJU SUKSES DI MASA DEPANMU !
No comments:
Post a Comment
Please Comment here :)